Nuklir bagaikan dua sisi mata uang, dimana satu sisi bisa sangat bermanfaat bagi manusia dan satu sisi bisa menjadi ancaman yang serius bagi manusia. Seperti insiden yang pernah terjadi sebelumnya, reaktor nuklir yang gagal dapat menyebabkan konsekuensi yang sangat buruk. Konsekuensi tersebut masih kita hadapi beberapa dekade kemudian, dan mungkin untuk beberapa dekade yang akan datang. Namun ada kemungkinan kegagalan ini bisa dikurangi atau mungkin dihilangkan di masa depan, berkat penggunaan AI (kecerdasan buatan).
Periset di Lyles School of Engineering di Universitas Purdue telah berhasil mengembangkan sistem AI, dimana AI tersebut memiliki kemampuan untuk membantu mencari atau melihat celah kerusakan reaktor nuklir. Hal tersebut tidak hanya bisa mengurangi kecelakaan dan mencegahnya sejak dini, namun juga bisa mengurangi biaya perawatan jika retakan ini ditemukan lebih awal.
Hal ini dapat dilakukan melalui framework “deep learning” yang akan menganalisa frame video individu untuk mendeteksi retakan. Dari situ, “data fusion scheme” akan mengumpulkan informasi dari setiap frame video, dan dapat mendeteksi celah pada tumpang tindih tambalan di setiap frame video.
Sejauh ini tampaknya sistem ini memiliki tingkat keberhasilan 98,3%, yang menurut asisten profesor Mohammad R. Jahanshahi secara signifikan lebih tinggi daripada pendekatan lainnya. “Inspeksi rutin komponen pembangkit tenaga nuklir penting untuk menjamin operasi yang aman. Namun, praktik saat ini memakan waktu, membosankan, dan subjektif serta melibatkan teknisi manusia yang meninjau video inspeksi untuk mengidentifikasi celah pada reaktor,” tambahnya.