Aplikasi pesan instan atau messenger memang tengah marak di era smartphone seperti sekarang ini. Dengan banyaknya pengembang yang meluncurkan layanan perpesanannya, membuat mereka harus menghadirkan fitur unik dan inovasi baru untuk menarik perhatian pengguna smartphone. Untuk saat ini fitur-fitur umum seperti stiker, panggilan suara, panggilan video dan lain-lain sudah menjadi layanan yang biasa, namun bagaimana jika ada fitur pinjam uang di aplikasi messenger?
Baru-baru ini perusahaan asal Tiongkok, Tencent telah meluncurkan layanan pinjam uang untuk aplikasi pesan instannya WeChat. Aplikasi ini pada tahun 2014 lalu memiliki 355 juta pengguna di seluruh dunia. Untuk mempertahankan penggunanya agar terus menggunakan aplikasi pesan instannya, WeChat kini hadir dengan layanan hutang dalam hitungan menit.
Seperti yang dilansir dari The Wall Street Journal, Minggu (14/9/2015), layanan pinjam uang yang dimaksud ini bernama Weilidai. Jika diartikan, Weilidai sendiri memiliki arti ‘sedikit pinjaman uang’. Dengan layanan ini, pengguna WeChat dapat meminjam uang dengan jumlah maksimal 200 Yuan atau sekitar 448 ribu Rupiah jika dikonversikan dengan kurs saat ini. Pinjaman uang dari WeChat ini akan dicairkan oleh WeBank, yakni sebuah bank internet yang telah diluncurkan oleh Tencent dan beberapa perserikatan dagang lainnya di Tiongkok.
Layanan Weilidai sendiri cukup menarik perhatian, pihak Tencent tidak membebankan jaminan atau agunan apapun untuk menimkati layanan pinjam uang ini. Terbilang cukup berani, mengingat dengan sistem layanan seperti ini dapat menimbulkan penyalahgunaan layanan dari pengguna.
Namun untuk saat ini, layanan Weilidai ini hanya tersedia di Tiongkok saja. Entah apakah layanan ini akan hadir di wilayah lain, namun langkah Tencent dalam menghadirkan Weilidai ini cukup mendapatkan banyak perhatian dari para netizen.
Banyak pengguna media sosial mengomentari miring tentang layanan dari Tencent ini. Terlebih lagi tidak adanya jaminan apapun, sehingga ditakutkan akan terjadi gelombang kredit macet. Selain itu akan memperburuk pola ekonomi masyarakat yang terbiasa dengan hutang.